Senin, 10 Maret 2008

DINAMIKA PERKEMBANGAN REMAJA

Pertumbuhan dan perkembangan remaja tidak lepas dari pengaruh bawaan yang berkaitan dengan sifat-sifat atau karakteristik genetika yang diturunkan oleh orang tua, serta pengaruh lingkungan yang berkaitan dengan keluarga, sekolah, teman bermain, atau lingkungan masyarakat umum.

Pemahaman tentang dinamika perkembangan remaja amat diperlukan bagi orang tua maupun pendidik yang banyak berhubungan dengan mereka. Betapa tidak, usia remaja di era global ini banyak sekali memunculkan ekses-ekses dalam masyarakat. Kasus-kasus pelecehan seksual, perkosaan, aborsi, tawuran, narkoba, maupun kriminalitas yang melibatkan remaja menjadi berita yang marak di media-media masyarakat.

Mengapa kondisi semacam ini terjadi ?

Masalah remaja adalah masa datangnya pubertas (sebelas sampai empat belas tahun) sampai usia sekitar delapan belas-masa tranisisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tuanya. Ada sejumlah alasan untuk ini:

  1. Remaja mulai menyampaikan kebebasanya dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini bisa menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bisa menjauhkan ia dari keluarganya.
  2. Ia lebih mudah dipengaruhi teman-temannya dari pada ketika masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah mode pakaian, potongan rambut atau musik, yang semuanya harus mutakhir.
  3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.
  4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua.

Ada sejumlah kesulitan yang sering dialami kaum remaja yang betapapun menjemukan bagi mereka dan orang tua mereka, merupakan bagian yang normal dari perkembangan ini.

Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain :

  1. Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya-periang berseri-seri dan yakin. Perilaku yang sukar ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Itu hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus dalam kesulitan, kesulitan di sekolah atau kesulitan dengan teman-temannya.
  2. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat. Rasa ingin tahu seksual dan bangkitnya birahi adalah normal dan sehat. Ingat, bahwa perilaku tertarik pada seks sendiri juga merupakan ciri yang normal pada perkembangan masa remaja. Rasa ingin tahu seksual dan birahi jelas menimbulkan bentuk-bentuk perilaku seksual.
  3. Membolos
  4. Perilaku anti sosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam dan agresif. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar adalah pengaruh buruk teman, dan kedisiplinan yang salah dari orang tua terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak-dan sering tidak ada sama sekali
  5. Penyalahgunaan obat bius
  6. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang adalah skizofrenia.

Sudah saatnya masyarakat bersama orang tua, pendidik maupun profesional menyatukan langkah untuk memahami, mengelola serta mengajak remaja mengembangkan diri secara positif dan konstruktif, sehingga di masa mendatang dapat tumbuh menjadi generasi muda yang dewasa, matang dan berkualitas. Perlu usaha-usaha yang intensif dan integratif dalam memaknai perilaku remaja, tidak saja yang ditampilkan, tetapi juga makna-makna yang seringkali tersembunyi di balik penampilan mereka.

Urgensi dalam memahami dinamika perkembangan remaja sesungguhnya merupakan salah satu bentuk perhatian dan kasih sayang yang wajar dari orang tua maupun masyarakat terhadap mereka, sehingga remaja dapat merasakan adanya kepedulian keluarga dan lingkungan terhadap keberadaan mereka. Manfaat lain yang dapat diperoleh adalah mengenal dan mengetahui potensi remaja, sehingga orang tua dapat menyalurkan secara tepat minat dan bakat mereka, serta mengantisipasi dan mencegah adanya gejala-gejala gangguan psikososial yang mungkin terjadi.

Masyarakat dapat memaknai perilaku remaja dengan cara mengenali dan memahami karakteristik atau ciri khas yang umum dimiliki oleh mereka. Remaja memiliki karakteristik yang tampak menonjol dalam perilaku kesehariannya, seperti: perkembangan usia kronologis berkisar antara 12-18 tahun, lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman sebaya, keinginan untuk mandiri, kemampuan untuk memiliki dan memilih banyak rujukan (identifikasi), keinginan berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas kelompok, kurang membutuhkan (menolak) supervisi dari orang tua, cenderung bebas dalam mengekspresikan dan menampilkan diri, membutuhkan penerimaan sosial (masyarakat), serta saling berbagi dengan teman sebaya mengenai keyakinan dan minat sosial.

Adapun dimensi-dimensi perkembangan remaja yang perlu dioptimalkan adalah:

  1. Dimensi fisiologis yang berkaitan dengan struktur organ-organ biologis dalam tubuh.
  2. Dimensi psikologis yang berkaitan dengan kondisi mental, sifat-sifat maupun kepribadian yang termanifestasi dalam perilaku
  3. Dimensi sosiologis yang berkaitan dengan relasi dan kerjasama antar manusia
  4. Dimensi moral-spiritual yang berkaitan dengan nilai-nilai hidup yang menjadi keyakinan dan tuntunan untuk berperilaku.

Kapan sesungguhnya remaja memiliki kematangan ?

umumnya kematangan dan kedewasaan dikaitkan dengan

  1. Penerimaan tanggungjawab secara personal dari tugas-tugas keluarga, sekolah maupun masyarakat.
  2. Signifikansi kelompok teman sebaya, seperti terjalinnya suatu persahabatan atau intimasi pertemanan yang loyal, bersifat pribadi dan bebas
  3. Peningkatan otonomi dan jarak emosi dengan orang tua, berupa perubahan mendasar dalam pola interaksi yang seringkali menjadi akar konflik antara remaja dan orang tua, seperti kebutuhan finansial yang meningkat untuk keperluan penampilan dan perkembangan teknologi, keterlibatan remaja dalam konteks sosial seperti relasi dengan kelompok teman sebaya dengan mengikuti club-club olahraga, seni atau sosial-keagamaan sehingga membuka wawasan baru tentang diri dan lingkungan, serta perubahan fungsi keluarga dan relasi antar saudara yang berkaitan dengan harapan remaja terhadap orang tua dan saudara untuk diterima, dipahami, didukung serta dilindungi secara wajar dalam menerima pengalaman hidup.

Penelitian Bigner (1990); dan Steinberg (1992) menyatakan bahwa sebagian besar remaja mengalami peningkatan jarak relasi dengan orang tua, bahkan 5-10 % terjadi kualitas relasi yang buruk. Seiring dengan berkurangnya relasi, remaja mengembangkan aktivitas harian untuk orang tua hanya sekitar 15 %, untuk kegiatan sekolah 23 %, dan waktu luang 29

Konflik remaja dengan orang tua umumnya berkenaan dengan bagaimana menemukan keselarasan antara memberi kebebasan dan proteksi dalam aktivitas sekolah, persahabatan, berpacaran, tugas rumah, serta jam malam yang harus diberlakukan. Konflik remaja dengan orang tua yang tidak terselesaikan dapat berkembang dan berdampak pada munculnya problem psikososial.

Berkenaan dengan perubahan fungsi keluarga, sudah selayaknya orang tua memposisikan diri tidak lagi sebagai pembimbing dan pengarah seluruh perilaku remaja, tetapi lebih bersifat sebagai motivator (menstimulasi untuk melakukan sesuatu), pendamping (teman dialog, curhat atau berbagi suka duka), fasilitator (pemberi fasilitas materi maupun non materi bagi kebutuhan remaja), inspirator (mendorong keluarnya ide-ide dan kreativitas remaja) serta supporter (pendukung dan pelindung pada masa-masa sulit) bagi remaja.

Problem ini berkenaan dengan cara-cara remaja dalam melalui dan menyelesaikan berbagai tahapan perkembangan yang memunculkan masalah psikologis atau sosial , dimana konflik muncul seiring dengan setiap tahapan. Problem-problem psikososial remaja yang teridentifikasi dapat berupa stress (tekanan fisik dan mental yang mempengaruhi adaptasi serta fungsi-fungsi tubuh), depresi (kondisi afek emosional yang berciri ketidakberdayaan serta kesedihan), adiksi (ketergantungan dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang), maupun perilaku seksual bebas (hubungan seksual di luar jalur pernikahan).

Berbagai macam problem tersebut dapat diantisipasi melalui pendekatan integral antara orang tua, pendidik, professional serta masyarakat melalui program promosi kesehatan mental di keluarga, sekolah, tempat ibadah dan lingkungan masyarakat tempat berkiprah dan berkumpulnya remaja-remaja.

Secara umum masalah yang terjadi pada remaja dapat diatasi dengan baik jika orang tuanya termasuk orang tua yang "cukup baik". Donald winnicott, seorang psikoanalisis dari Inggris memperkenalkan istilah "good enough mothering" ia menggunakan istilah ini untuk mengacu pada kemampuan seorang ibu untuk mengenali dan memberi respon terhadap kebutuhan anaknya, tanpa harus menjadi ibu yang sempurna. Sekarang laki-laki pun telah "diikutsertakan", sehingga cukup beralasan untuk membicarakan tentang "menjadi orang tua yang cukup baik"

Tugas-tugas yang dilakukan oleh orang tua yang cukup baik, secara garis besar adalah:

  1. memenuhi kebutuhan fisik yang paling pokok; sandang, pangan dan kesehatan
  2. memberikan ikatan dan hubungan emosional, hubungan yang erat ini merupakan bagian penting dari perkembangan fisik dan emosional yang sehat dari seorang anak.
  3. Memberikan sutu landasan yang kokoh, ini berarti memberikan suasana rumah dan kehidupan keluarga yang stabil.
  4. Membimbing dan mengendalikan perilaku.
  5. Memberikan berbagai pengalaman hidup yang normal, hal ini diperlukan untuk membantu anak anda matang dan akhirnya mampu menjadi seorang dewasa yang mandiri. Sebagian besar orang tua tanpa sadar telah memberikan pengalaman-pengalaman itu secara alami.
  6. Mengajarkan cara berkomunikasi, orang tua yang baik mengajarkan anak untuk mampu menuangkan pikiran kedalam kata-kata dan memberi nama pada setiap gagasan, mengutarakan gagasan-gagasan yang rumit dan berbicara tentang hal-hal yang terkadang sulit untuk dibicarakan seperti ketakutan dan amarah.
  7. Membantu anak anda menjadi bagian dari keluarga.
  8. Memberi teladan.